materi bahasa indonesia kelas 7 tentang membaca cerpen

16.12 0 Comments


Pembelajaran Aspek Ketrampilan Membaca Cerpen
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX

a.         Latar Belakang
Sebelum merencanakan pembelajaran, kita identifikasi masalah-masalah atau faktor-faktor yang harus diperhatikan terlebih dulu, diantaranya:
1.   Kurikulum: materi apa yang harus saya ajarkan berkaitan dengan ketrampilan membaca dan tujuannya. Standar Kompetensinya adalah aspek membaca yakni memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen). Sedangkan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa adalah; 1. Menemukan tema, latar dan penokohan, pada cerpen-cerpen. Adapun indicator ketercapainnya adalah siswa mampu; 1. Menyimpulkan tema cerita, 2. Mampu menemukan latar cerpen dengan bantuan bukti factual, da mampu menemukan karakter tokoh cerpen dengan bukti factual. Kompetensi dasar berikutnya adalah menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen.
Pendekatan kegiatan pembelajaran kompetensi terdiri atas 4 aspek;
1.         Mengidentifikasi/menetapkan spesifikasi/kualifikasi perubahan perilaku yang diharapkan (SK)
2.         Memilih pendekatan yg tepat utk mencapai SK.
3.         Memilih/menetapkan sejumlah prosedur, metode dan teknik yg relevan.
4.         Menetapkan norma/criteria keberhasilan.
Model pendekatan kompetensi ada dua yakni pendekatan pembelajaran tematik dan pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna Menitikberatkan pd kegunaan pengelaman belajar bg kehidupan nyata siswa. Tahapannya:
·            Apersepsi
    Dimulai dgn hal-hal yg diketahui/dipahami siswa atau menumbuhkan motivasi untuk mengetahui hal-hal yg baru.
·         Eksplorasi
Pengembanggan sejumlah pengalaman belajar hendaknya memperhatikan : ketrampilan baru, kaitan dg materi sbelumnya & pilihlah metode yg tepat dalam meningkatkan penerimaan siswa akan pengalaman baru yg akan disajikan.
·         Konsolidasi pembelajaran
Pemantapan pengalaman belajar dengan melibatkan siswa aktif dalam menafsirkan dan memahami pengalaman atau materi baru, dalam pemecahan masalah, menekankan pada kaitan pengalaman baru dengan berbagai aspek kegiatan kehidupan.
·      Pembentukan sikap dan perilaku
Internalisasi pengalaman baru dilakukan dengan mendorong siswa menerapkan konsep atau pengertian baru yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan siswa sehari-hari berdasarkan pengalaman belajarnya.
·      Penilaian formatif
Digunakan untuk menentukan efektivitas serta keberhasilan proses pembelajaran, dilakukan dengan cara mengembangkan cara-cara menilai hasil pembelajaran siswa secara variatif dan digunakan untuk untuk dapat melihat kelemahan atau kekurangan dan masalah-masalah yang dihadapi siswa maupun guru.
2.   Karakteristik materi, hal yang menarik  serta kelebihan dan kekurangan materi.
Pada dasarnya membaca adalah mengkodekan rangkaian symbol tertulis ke padanan yang berhubungan dengan pendengaran (Nunan : 64). Karenanya, sangat logis untuk terlebih dulu mengajarkan pembaca pemula menggunakan hubungan kesesuaian sistematik antara symbol tulis dan lisan dibandingkan mengenalkan setiap huruf dan kata yang mereka temui dengan menghapalkan konfigurasi dan bentuk.
Membaca lebih banyak merupakan proses membangun makna daripada mengkode-kan bentuk. Interaksi antara pembaca dan teks adalah pusat dari suatu proses dimana dalam interaksi ini pembaca membawa serta pengetahuan bahan yang dibaca, pengetahuan harapan-harapan mengenai bagaimana bahasa digunakan, motivasi, minat dan sikap terhadap konteks teks.Pembaca juga lebih membentuk hipotesa tentang elemen-elemen, kemudian contoh-contoh teks (daripada mengkode-kan symbol atau kata) untuk menentukan apakah hipotesa mereka benar atau salah.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nunan menunjukkan bahwa ketrampilan membaca itu tidak invariant (semu), maksudnya, ketrampilan ini tidak semata-mata tergantung pada pengetahuan kebahasaan yang membentuk teks. Membaca adalah sebuah proses dinamis dimana elemen-elemen teks berhubungan dengan factor-faktor di luar teks. Jadi perlu dihubungkan antara bahasa yang diajarkan dengan konteks yang menyertainya.
Dari pemaparan di atas, bias dipahami bahwa kesulitan dalam membaca sering timbul ketika sampai pada masalah isi teks, mengapa? Karena pembaca tidak memiliki latar belakang pengetahuan dari isi teks tersebut. Bahkan Steffensen menyatakan bahwa kesulitan  membaca sering dikaitkan dengan masalah kebahasaan, tetapi sebenarnya lebih karena factor latar belakang pengetahuan pembaca. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran membaca, akan lebih efektif jika  siswa diajarkan tentang fakta-fakta yang biasa muncul dalam pertanyaan dibandingkan melatihkan aspek-aspek bahasa.
Interaksi dalam pembelajaran membaca lebih banyak ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru agar siswa ‘menggeledah’ teks untuk mendapatkan informasi, akibatnya, sedikit kesempatan siswa bertanggungjawab dengan pembelajaran mereka sendiri. Agar siswa mendapatkan banyak kesempatan belajar, para siswa diatur agar mereka belajar bersama siswa lain, misalnya sebagian anggota bertanya dan sebagian yang lain memegang teks tentang jadwal kegiatan. Dengan bekerjasama dalam pembelajaran diharapkan siswa menjadi aktif sekaligus tujuan pembelajaran membaca tercapai.
3.   Karakteristik peserta didik
Peserta didik yang saya hadapi merupakan siswa yang rata-rata berkemampuan di bawah sedang. Ini dilihat dari nilai-nilai rapot dan ulangan harian yang 70% sering di bawah ketuntasan minimal. Mereke  kurang antusias belajar di sekolah dan tampaknya enggan juga belajar di rumah. Bila diberi pekerjaan rumah, sebagian siswa tidak mengerjakan, kalaupun ‘terpaksa’ mengerjakan, itu hasil menyalin siswa lain.  Mereka cenderung pasif dalam kegiatan-kegiatan yang mengaktifkan pemahaman seperti memahami apa yang mereka baca, lihat ataupun lakukan. Afeksi mereke lebih cenderung pada mengobrol hal-hal ringan yang tidak menuntut kecerdasan berpikir seperti bermain, ngobrol atau mendengar obrolan teman tanpa memberi balikan verbal. Menurut pakar, kualifikasi kemampuan pembelajaran adalahbaca (10%), dengar (20%), melihat (30%), lihat & dengar (50%), mengatakan (70%), mengatakan & melakukan (90%)
4.      Fasilitas pendukung
Fasilitas pendukung di sekolah kami adalah ruang perpustakaan yang berisi buku-buku pelajaran, fiksi, pengetahuan popular seperti majalah keislaman dan bahan bacaan untuk mengembangkan hobi dan minat serta2 koran harian. Juga dilengkapi dengan ruang multimedia,  jaringan internet dan sarana olahraga seperti lapangan sepak bola, basket, bola volley dan tennis.
5.   Pendekatan, metode dan teknik yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik materi dan siswa serta fasilitas yang tersedia.
Ada banyak pendekatan, metode dan teknik. Guru harus memahami lebih mendalam mengenai penggunaan-penggunaannya agar jelas dalam mendapatkan gambaran dan pertimbangan dari berbagai aspek seperti kelebihan dan kelemahannya dan dipilih yang sesuai dengan tujuan, materi, karakter siswa dan fasilitias yeng tersedia. Salah satu metode yang menarik dan telah banyak dilakukan penelitian dengan menunjukkan hasil positif adalah metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

b.         Permasalahan dan Upaya Mengatasi
Dari latar belakang di atas, permasalahan pembelajaran yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1.   Apa kompetensi dan tujuan pembelajaran membaca teks cerpen?
2.   Bagaimana agar siswa senang membaca dan mengidentifikasi bacaan jenis cerpen secara berkelompok?
3.   Bagaimana merubah sikap siswa agar memiliki kesadaran belajar seperti disiplin, gemar membaca, rasa ingin tahu, mandiri, jujur, toleransi, bersahabat/komunikatif, kreatif dan menghargai prestasi?
4.   Fasilitas sekolah  apa yang bisa digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran Membaca Cerpen dan bagaiamana memanfaatkannya?
5.   Apa pendekatan, metode atau teknik yang sebaiknya digunakan agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan prestasi belajar meningkat?
Upaya mengatasi permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1.   Mengidentifikasi kompetensi dan tujuan pembelajaran membaca cerpen dengan lebih seksama sesuai kurikulum.
2.   Memilih bahan bacaan (cerpen) yang menarik, sesuai dengan usia dan minat siswa.
3.   Merancang proses pembelajaran yang mendukung pencapaian karakter yang diharapkan.
4.   Bahan bacaan dicari oleh siswa sendiri di perpustakaan atau internet.
5.   Pendekatan yang digunakan untuk pembelajaran bahasa aspek membaca ini adalah pendekatan kompetensi dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif dan teknik STAD. Selama ini diterapkan model diskusi tapi belum pernah menerapkan metode pembelajaran kooperatif yang terencana dan terancang dengan baik.

c.       Implementasi
Persiapan
Menentukan :
1.      Standar Kompetensi
Aspek : Membaca
7.Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen).
2. Kompetensi Dasar dan Indikator
    7.1 Menemukan tema, latar dan penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu kumpulan cerpen.
          Indikator :
·               Mampu menyimpulkan tema cerpen.
·               Mampu menemukan latar cerpen dengan bukti factual.
·               Mampu menemukan karakter tokoh cerpen dengan bukti yang meyakinkan.
    7.1 Menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen.
         Indikator :
·   Mampu menemukan nilai-nilai kehidupan yang positif maupun negative dalam kumpulan cerpen.
·   Mampu membandingkan nilai kehidupan dalam cerpen dengan nilai kehidupan siswa.
·   Mampu menyimpulkan nilai kehidupan dalam cerpen yang dapat menjadi teladan siswa.
3.Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran kompetensi model pembelajaran bermakna. Pendekatan ini disesuaikan dengan kurikulum yang diusung pendidikan Indonesia sekarang  dimana pembelajaran dilakukan untuk mencapai suatu kompetensi yang telah ditentukan dan menjadi landasan melakukan proses pembelajaran dan penilaian. 
4.                  Metode dan Teknik
Metode yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD. Alasan menentukan metode ini adalah kegiatan-kegiatan pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suatu kondisi yang didalamnya setiap anggota kelompok berkeyakinan bahwa mereka bisa sukses mencapai tujuan kelompoknya jika teman-teman satu kelompoknya yang lain sukses mencapai tujuan tersebut, yang lebih penting lagi mereka mendorong teman-temannya untuk memberikan usaha maksimal untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, diharapkan metode ini dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa jika dalam kelompok terjalin suatu kohesivitas antar anggota. Juga, interaksi antar siswa akan meningkatkan prestasi belajar mereka selama mereka mampu memproses informasi secara mental (kognisi). Menurut Jean Piaget dan Lev Vygotsky, ketika siswa bekerja sama, akan muncul konflik sosio-kognitif yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir, bernalar dan berbicara.
Teknik STAD (Student Team-Achievement Divisions) terdiri atas 5 komponen utama yaitu;
1.      Presentasi kelas; memperkenalkan materi
2.      Tim; terdiri dari 4/5 siswa yang heterogen (kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas). Tim berkumpul untuk mempelajari materi atau lembar kegiatan dengan melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
3.      Kuis; setelah tahap 1 dan 2, siswa mengerjakan kuis individual.
4.      Skor kemajuan individual bertujuan memberikan kepada siswa tujuan kinerja yang dicapai apabila mereka bekerja lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal pada timnya dalam skor ini. Tiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa sebelumnya dalam mengerjakan skor kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
5.      Rekognisi tim; tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu.  
   5.Kriteria Keberhasilan
      Pembelajaran ini dinilai berhasil jika:
1.      Indikator-indikator kompetensi dasar yang dicapai oleh minimal 80% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal 70.
2.      90% siswa aktif dan senang mengikuti aktivitas-aktivitas pembelajaran.
3.      Siswa dapat menunjukkan/melakukan sikap ingin tahu, jujur, kerja keras, kreatif, toleransi, mandiri, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli social, tanggung jawab dan gemar membaca.
6.      Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode di atas akan ditepuh selama 5 jam atau dua kali pertemuan dari tahap awal presentasi, diskusi hingga mengerjakan kuis.
7.      Skenarion pembelajaran
1.   Apersepsi
Menayangkan penggalan video cerita anak remaja popular berdurasi pendek (7 menit) dan bertanya jawab dengan siswa mengenai tokoh, latar,  kesimpulan dan nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam cerita. (Menumbuhkan rasa ingin tahu).
2.   Eksplorasi
Sebelum memulai presentasi materi, guru menjelaskan teknik-teknik kegiatan pembelajaran hari itu dengan mengikuti proses kegiatan diskusi model pembagian prestasi  tim siswa (STAD). Berbeda dengan pembelajaran diskusi yang biasa dilakukan di kelas dimana siswa membentuk kelompoknya sendiri, diskusi kali ini ditentukan oleh guru. Guru juga memotivasi siswa untuk berusaha berka sama dengan anggota kelompok diskusinya agar mendapatkan nilai kuis yang baik untuk semua anggota kelompok sehingga semua anggota mendapat poin kemajuan yang nantinya digunakan untuk menilai apakah kelompok mereka akan menjadi Tim Super, Tim Sangat Baik atau Tim Baik. Siswa diharapkan memperhatikan presentasi dengan seksama karena materi yang dipresentasikan akan menjadi bahan diskusi. Selanjutnya Guru me-replay dan pause adegan di cerita yang ditayangkan pada saat apersepsi untuk memperkenalkan materi mengenal penokohan, latar, nilai-nilai kemanusiaan dan menggiring siswa untuk menyimpulkan cerita. Setelah mengidentifikasi cerpen secara lisan berdasarkan tayangan video, selanjutnya guru mencari kumpulan cerpen di internet (http://www.lokerseni.web.id)  dan memilih salah satu cerpen karya AA Navis berjudul Dua Orang Sahabat untuk ditayangkan di layar LCD dan meminta siswa membaca teks cerpen yang ditampilkan. Setelah selesai, guru menampilkan beberapa pertanyaan berdasarkan cerpen yang dibaca siswa dan memberi kesempatan secara bebas kepada siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara lisan. Guru memberi feedback positif  pada setiap jawaban siswa. (Menumbuhkan sikap mandiri dan kreatif).
3.   Elaborasi
Membagi siswa ke dalam kelompok kecil 4/5 anggota yang heterogen. Guru memberi lembar kegiatan siswa pada semua anggota untuk dikerjakan dengan kelompoknya. Siswa bersama kelompoknya diminta pergi ke perpustakaan untuk mencari dan membaca cerpen yang dipilih kelompoknya. (Guru sudah mempersiapkan buku-buku kumpulan cerpen yang ada diperpustakaan). Setelah menemukan cerpen yang dipilih, setiap anggota kelompok diminta membaca cerpen tersebut bergantian lalu mendiskusikan jawaban-jawaban di lembar kegiatan. (Membangun karakter toleransi, bersahabat/komunikatif, kerja keras, cinta damai, peduli social, cinta damai).
4.    Konfirmasi
    Tiap kelompok menyerahkan salah satu lembar kegiatan dari anggota kelompoknya untuk dilihat ketercapaian indikator dari masing-masing kompetensi dasar yang ditargetkan. Guru membuka kesempatan kepada para siswa untuk menanyakan kesulitan materi yang telah dipresentasikan oleh guru maupun kesulitan yang ditemu saat berdiskusi dengan kelompoknya. Lalu guru memberikan kuis untuk dikerjakan oleh siswa secara mandiri dan tidak diperkenankan berkerja sama dengan siswa lain meskipun satu keompok. (Menumbuhkan karakter jujur, mandiri, dan kerja keras).
8.         Alat/Bahan/ Sumber Belajar
a.       Alat                          : LCD, Laptop, Internet
         b.Sumber Belajar            :
            1. Buku-buku Kumpulan Cerpen yang ada di perpustakaan
            2. Kumpulan Cerpen dari (http://www.lokerseni.web.id

9.         Penilaian
a.       Jenis dan Bentuk Penilaian
1.      Jenis       :Tes Tulis
2.      Bentuk   : Essay
b.      Kisi-Kisi, Soal, Kunci Jawab dan Pedoman Penilaian (Lembar Kegiatan Siswa yang dibuat guru).
c.         Pedoman Pengamatan
No
Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Jml
Rata-rata
Keterangan
Kerjasama dengan teman dalam diskusi
Kedisiplinan
Ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan
Penilaian hasil kerja
1.








2.








3.










Lembar Kerja Siswa

Kompetensi Dasar :
    7.1 Menemukan tema, latar dan penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu kumpulan cerpen.
          Indikator :
·      Mampu menyimpulkan tema cerpen.
·      Mampu menemukan latar cerpen dengan bukti factual.
·      Mampu menemukan karakter tokoh cerpen dengan bukti yang meyakinkan.

Membaca Cerpen.
Kegiatan 1
Saksikan baik-baik drama pada layar berikut!
Bagaimana, menarik bukan? Dari drama yang kalian saksikan jawab pertanyaan berikut ini secara lisan.
1.      Siapa saja tokoh dalam drama tersebut?
2.      Bagaimana karakter dari tokoh-tokoh itu?
3.      Sebutkan tempat, waktu dan suasana yang terjadi dalam drama itu!
4.      Apa tema drama tersebut?
5.      Siapakah tokoh yang kamu sukai, berilah alasanmu!
Kegiatan 2.
Perhatikan baik-baik kumpulan cerpen di situs berikut ini!
Ada banyak sekali ragam cerpen. Bagaimana kalau kita buka cerpen bertemakan persahabatan?  Baiklah, kita lihat cerpen berjudul Apel Untuk Uni.
APEL MERAH UNTUK UNI
Cerpen Azka Syamila

Uni keluar dari kelasnya ketika bel istirahat berbunyi. Aku masih duduk di bangkuku, menunggu Pak Ahmad keluar kelas. Setelah Pak Ahmad keluar kelas, aku mengikuti Uni keluar kelas. Kulihat dia memandangi pohon apel yang belum kunjung berbuah. Aku menghampiri Uni yang berdiri di dekat pohon apel.

Aku duduk di sebuah kursi panjang di belakang Uni. Tiba-tiba saja sesuatu pertanyaan terbesit di hatiku. Apakah Uni menginginkan apel? Begitulah pertanyaanku. Ingin kutanyakan itu kepadanya, tapi entah mengapa begitu sulit untuk mengucapkannya.

Karena bingung, aku memainkan jari-jariku. Aku membuat nada dengan jari-jari yang memukul dengan lembut alas kursi. Uni berbalik. Ia tampaknya mendengar nada buatanku yang sangat kecil suaranya.
“Eh, Ika! Sudah lama, ya, di sini?” tanya Uni.
“Enggak, kok. Aku baru saja di sini,” jawabku. “Kamu ngapain, sih, selalu ke sini?” aku balik bertanya.
“Ka, kamu tahu, kan, kalau aku baru sekali makan apel! Aku ingin makan apel lagi, apalagi apel merah. Hmmm, pasti enak dimakan panas-panas begini,” jelas Uni.

Aku mendongak ke atas. Hari ini memang panas. Banyak murid yang membeli es hanya untuk menyegarkan tenggorokan. Padahal, ada air galon yang lebih sehat. Aku kembali memperhatikan Uni yang terus-terusan memandangi pohon apel.
“Memangnya itu pohon apel merah?” tanyaku kurang yakin.
“Iya! Waktu aku masih TK, aku ke sini sambil makan apel merah. Bijinya aku buang di sini, persis!” Uni meyakinkan.

Aku berdiri lalu meninggalkan Uni yang masih asyik dengan pohon apel merahnya. Aku berjalan ke kelas, mengambil gelas plastik dari dalam laci mejaku. Aku isi gelas itu dengan air galon yang sangat menyegarkan.

Glek … glek … glek …Air galon itu sangat segar. Aku sampai terheran-heran, mengapa teman-teman tidak mau meminumnya. Tiba-tiba, aku teringat kembali akan keinginan Uni untuk memakan apel merah. Bersamaan dengan itu, aku mempunyai ide  untuk memberikan kejutan kepada Uni.

Keesokan harinya, aku datang lebih pagi dengan apel-apel merah yang cukup banyak. Setelah meletakkan tas di kelas yang masih sepi, aku mengambil plastik putih yang berisi beberapa apel dan tali rafia. Aku berlari menuju pohon apel merah Uni yang dekat dengan kelas.

Aku berdiri di dekat pohon apel merah Uni. Aku mencari tangga agar aku bisa mengaitkan apel-apel merah ke ranting-ranting pohon apel merah Uni. Setelah cukup lama mencari, aku akhirnya menemukan tangga lalu segera mendirikannya di dekat pohon apel merah Uni yang cukup besar.

Satu per satu apel telah aku kaitkan di ranting pohon apel Uni. Uni pasti akan terkejut ketika melihatnya. Ia akan bersorak gembira. Ia juga akan tertawa terbahak-bahak karena apelnya bertangkaikan tali rafia.

Setelah melewati pelajaran yang cukup panjang, bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, Uni keluar kelas lebih dulu untuk melihat pohon apel merahnya. Aku meengikuti Uni dari belakang dengan langkah perlahan, agar ia tidak tahu.

Sesampainya di tujuan, aku duduk di kursi penjang. Aku memainkan jari-jariku lagi. Kali ini, Uni tidak mendengarnya. Tiba-tiba, aku mendengar jeritan dari balik pohon apel. Aku berdiri lalu menghampiri sumber suara tersebut.
“Ika, lihat! Pohon apelnya sudah berbuah! Asyik …, aku akan makan apel merah!” seru Uni.

Aku mengangguk, ikut senang. Uni berlari ke halaman belakang lalu kembali dengan sebuah tangga. Ia segera mendirikan tangga itu ke dekat pohon apel. Uni mulai menaikinya dan mengambil satu per stau apel yang ada di ranting pohon.

Uni turun dari tangga. Tampak beberapa apel di tangannya. Tapi, setelah itu ia tampak terheran-heran karena ada tali rafia di tangkai apelnya. Uni pun berniat mengambil apel lagi untuk memcocokkan. Ia naik lagi untuk mengambil apel lebih banyak lagi. Ketika turun, ia mendapati hal yang serupa.
“Kok, pakai tali rafia? Wah, pasti ini apel ajaib,” kata Uni.
“Ngawur! Itu pasti ada orang yang mengaitkannya!” serbuku.
“Masa? Hahahaha … keren juga idenya! Makasih untuk yang sudah mengaitkan apel ini untukku!” seru Uni dengan tawanya yang khas.

Aku senang, bisa memberi Uni apel merah yang sangat ia impikan. Semoga saja ia senang dengan apa yang telah ia dapat, apel merah. Di kelas, Uni membagi-bagikan apel merah kepada teman-teman yang ada di kelas. Semua murid di kelasku makan apel merah bersama-sama. Dan …, yang habis paling banyak adalah Uni!
 Jawab pertanyaan berikut ini berdasarkan cerpen dari situs sastra tadi.
1.      Siapakah tokoh utama dalam cerita tersebut?
2.      Siapakah Pak Ahmad itu?
3.      Jelaskan alasan Uni ingin makan buah apel merah!
4.      Sebutkan tempat, waktu, dan suasana yang terjadi dalam cerpen itu!
5.      Tulislah tema cerita tersebut.
6.      Ungkapkan pendapatmu hubungan tema dengan kehidupan jaman sekarang ini!
7.      Tulislah hal-hal yang menarik dari dongeng tersebut, beri alas an logis!
8.      Ungkapkan pesan yang terkandung dalam cerita tersebut!
Kegiatan 3
Bergabunglah dengan kelompok diskusi kalian. Pergilah ke perpustakaan dan cari sebuah cerpen yang menarik menurut kelompokmu. Baca bersama-sama secara bergantian kemudian laporkan secara tertulis tentang:
1.      Nama tokoh-tokohnya
2.      Tema dan pesan yang terkandung dalam cerita
3.      Relevansi tema dengan kehidupan sekarang
4.      Pelajaran yang diambil dari cerita itu
5.      Ringkasan dongeng dengan beberapa kalimat saja!
Kegiatan 4
Bacalah cerpen berikut ini secara individu kemudian jawab pertanyaan-pertanyaannya!
DUA ORANG SAHABAT
Cerpen AA. Navis

Seperti sudah dijanjikan, dua orang lelaki bertemu di jempatan beton dekat simpang tiga depan kantor pos. Yang satu kekar dan yang lain kurus. Keduanya sama mendekatkan arloji ke mata, seolah hendak tahu apa mereka tiba tepat waktu. Ketika itu malam belum lama tiba. Hujan yang turun sedari sore, tinggal renyai. Malam menjadi kian gelap dan lebih dingin hawanya. Salah seorang mengenakan mantel hujan. Yang lain bermantel plastik transparan. Kerah mantel- nya sama ditinggikan sampai menutup telinga. Kepala si ke- kar ditutupi oleh baret abu-abu. Si kurus oleh topi mantel. Sedangkan tangannya sama membenam jauh ke dalam saku celana. Mereka berjalan ke arah timur dengan setengah membungkuk, mengelakkan dingin dan tiupan angin malam. Tak seorangpun yang berbicara.

Nyala lampu jalan yang bergoyang-goyang ditiup angin itu, redup cahayanya. Dibendung oleh kabut yang biasa turun di kota pegunungan itu. Jalan itu lengang seperti kota ditinggalkan penduduk karena ada ancaman bencana. Hanya bayangan kedua orang yang terangguk-angguk itu saja yang kelihatan. Ketika mereka sampai di suatu simpang, si kekar bertanya tanpa menoleh: "Kemana kita?"

"Terserah kau." jawab si kurus gersang.

Lalu yang kekar membelok ke kiri. Seperti itik jalan sekandang, si kurus juga membelok. Sekarang jalan yang mereka tempuh mendaki. Tapi mereka tidak melambatkan langkah. Sehingga mereka seperti tambah terbungkuk-bungkuk dan kepalanya sama terangguk pada setiap kaki dilangkahkan. Jalan itu lebih gelap oleh kerimbunan pohon-pohon di kiri- kanannya. Dan kaki mereka sering terperosok ke lobang di jalan aspal yang telah lama tidak diperbaiki. Keduanya dengan pikiran masing-masing. Hanya derapan sepatu yang solnya sudah lembab yang meningkahi nyanyian hewan malam.

"Gila. Dia berani. Sekali aku pukul, pasti klenger." kata si kekar dalam hatinya.

"Orang bertubuh besar, kekar, bangga dengan otot. Tapi tidak punya otak. Dan kalau kaya, sombong. Tidak punya perasaan." kata si kurus dalam hatinya juga.

"Mengapa dia berani? Apa dia punya ilmu? Ilmu apa? Ah, ilmu. Kalau orang Indonesia punya ilmu, tidak akan bisa Belanda lama-lama menjajah negeri ini. Tapi dia ini punya ilmu apa?" kata si kekar lagi pada dirinya.

"Homo homini lupus, kata Hobbes. Itu benar. Tapi tidak selamanya." kata si kurus. "Karena orang kecil punya otak. Harus cerdik. Sejarah mengatakannya begitu." kata si kurus masih dalam hati.

"Aku pecah kepalanya sampai otaknya berderai. Biar bangkainya tahu, jangan coba-coba melawan aku." kata si kekar pula.

Kini mereka melalui jalan yang mendatar sesudah membelok ke kanan lagi. Langkah mereka seperti tertegun ketika mulai melalui jalan yang datar itu. Napasnya sama menghem- bus panjang, bagai mau melepaskan hengahan payah. Lalu mereka melintasi jalan lebar yang bersimpang. Tiba-tiba sebuah jip militer datang dari arah kanan. Si kekar buru- buru menepi. Tapi si kurus tidak peduli. Dia tidak meng- hindar. "Kamu mau mati, hah?" bentak pengendera jip itu dengan iringan sumpah serapah.

Si kurus berdiri sambil menatap ke arah jip yang lewat tidak lebih setengah meter darinya. Katanya dalam hati: "Sama saja watak kalian. Tidak beretika. Tidak bermoral."

Rumah-rumah di kedua pinggir jalan itu sudah jarang le- taknya. Listrik belum sampai ke sana. Hanya cahaya lampu minyak mengintip dari celah dinding anyaman bambu. Rumah- rumah itu sunyi dan hitam. Sesunyi dan sehitam alam hingga ke puncak bukit. Sedangkan bukit itu terpampang bagai mau merahapi alam kecil di bawahnya. Tepat diatas perbatasan alam yang pekat itu, sesekali cahaya terang mengilat. Bukit itu bagai binatang merayap maha besar dalam kisah prasejarah. Mengerikan nampaknya.

Tiba-tiba pintu rumah di pinggir kiri jalan terbuka.

Cahaya lampu minyak melompat keluar. Masuk ke gelap malam. Kepala seorang perempuan menjulur. Dia memandang lama ke- pada kedua laki-laki itu. Laki-laki itu juga memandangnya.

Ketika lelaki itu berjalan terus, kepala perempuan itu lenyap lagi ke balik pintu sambil menggerutu. "Sialan. Bukan mereka."

Dan perempuan lain di dalam rumah cekikikan ketawa. Lalu hilang karena pintu ditutup lagi. Cahaya lampu yang menjilat malam itu pun lenyap bersamanya. Renyai tidak turun lagi.

"Kurang ajar. Berani bilang aku sialan. Kalau aku mau perempuan bukan ke seni aku, tahu?" kata si kekar masih dalam hatinya.

"Perempuan pemilik daging sewaan ini, sama saja dengan pemilik otot. Sama tidak punya etika, tidak punya moral." gerutu si kurus.

Kemudian mereka tiba lagi di sebuah simpang. Jalan be- sar yang mereka tempuh membelok ke kiri. Tapi mereka me- neruskan arahnya, melalui jalan kecil tanpa aspal. Kerikil besar-kecil berserakan menutupnya. Gemercakan bunyinya di- pijaki. Dekat di kiri kanan jalan meliuk-liuk daun pisang ditiup angin. Berkepakan bunyinya menyela desauan angin yang meniup dan nyanyian jengkrik. Bukit menghempang di hadapan mereka hilang timbul disela daun pisang itu. La- ngit yang memberikan kilatan, juga mengintip dicelahnya. "Tak kusangka aku ke sini di malam seperti ini." si kekar berkata dalam hatinya lagi. "Mengapa aku mesti ke sini? Seumur-umurku belum pernah aku ke sini. Jangkankan malam. Siang pun belum. Gila benar."

"Orang kuat, orang kaya, itu maunya takdir. Jika enggan menghormati kaum jelata, hormatilah takdir. Kalau mereka tidak mau, lawan takdir itu. Takut melawan, terinjak terus. Kalau melawan, gunakan otak. Akali. Kalah menang juga takdir." kata si kurus masih dalam hatinya.

Tiba-tiba keduanya sama terkejut. Langkah mereka sama terhenti, sambil dengan hati-hati mengawasi sesuatu yang melintas cepat di depan mereka. Rupanya seekor musang.

Berdesauan suara perlandaan badannya dengan dedaunan di semak itu.

"Huss, musang. Bikin kaget orang. Nantilah, aku bawa bedil ke sini. Boleh kamu tahu rasa." kata si kekar.

"Bagi kamu musang, selalu ada sekandang ayam untuk kamu terkam. Apalah daya ayam karena sudah takdirnya begitu. Kata Hobbes hanya cocok untuk binatang. Manusia yang bina- tang, ya, sama. Tapi aku manusia. Manusia yang manusia. Kalau kuat, ya, jangan menindas. Kalau tidak mau melawan, jadi ayamlah kamu." kata si kurus lagi.

Keduanya terus melangkah juga. Tapi lebih lambat. Si kekar seperti mencari-cari sesuatu. "Orang kurus seperti kamu, sekali tetak, lehermu patah. Berhari-hari kemudian orang akan mencari bau bangkai membusuk ke sini. Bangkai itu, bangkai kamu. Karena itu jangan sekali-kali menentang

orang kuat." kata si kekar lagi. Masih dalam hati. Dia lebih memperlambat langkahnya seperti dia merasa sudah sampai ke tempat yang ditujunya. Dan memang tak lama kemudian mereka sampai ke suatu padang luas yang membujur di sepanjang kaki bukit di kejauhan itu. Tiada pohon tumbuh disitu. Selain belukar menyemak. Dulunya padang itu tempat serdadu Belanda, sorja Jepang dan tentara revolusi latihan menembak. Di sana Jepang juga memenggal nyawa orang yang dituduh pengkhianat. Tentera revolusi pun meniru gurunya yang sorja Jepang. Sehingga padang itu menumbuhkan fantasi yang menegakkan bulu roma setiap orang.


Orang-orang tawanan yang akan dibawa ke situ, sudah ke- jang duluan oleh ketakutan atau cepat-cepat berdoa dengan seribu cara. Dan kini padang luas yang sunyi dan menimbulkan fantasi seram itu, di malam berenyai, dingin dan pekam, didatangi oleh dua lelaki. Dan padang itu, seperti biasa menanti dan menyaksikan orang-orang yang dipenggal lehernya atau ditembak mati tanpa peduli perasaan si kor- ban. Padang itupun sunyi menerima kedatangan kedua laki- laki itu. Bersikap masa bodoh terhadap segala apa yang di- lakukan oleh manusia terhadap sesamanya. Seolah-olah berkata: "Hai manusia, silakan kalian saling bunuh." Tapi arwah manusia yang dibunuh tanpa kerelaan, sehingga menumbuhkan fantasi yang menghantu, seperti tidak menyentuh hati kedua lelaki yang mendatanginya di malam itu.

"Dia mau menjagal aku, seperti yang dilakukan serdadu-serdadu itu." kata si kurus dalam hatinya.

"Kalau dia sampai mati aku gampar, orang akan menanyai aku. Polisi akan menangkap aku. Matilah aku. Sialnya ini orang mau ke sini." kata si kekar menggerutu pada dirinya. "Kalau aku dipenjarakan, akan apa perasaan isteriku. Kalau aku dikuhum mati? Bajingan-bajingan akan memburu istriku yang muda, cantik dan kaya oleh warisanku. Sialan".

Cahaya kilat memancar juga jauh tinggi dilangit, tanpa tenaga menembusi gelap dan kesepian padang itu. Dan sese- kali angin meniup agak keras, hingga daunan kayu bergoyangan menjatuhkan pautan tetesan air padanya. Gegap berde- sauan bunyinya, bagai teriakan prajurit yang kemasukan semangat mau mati yang bernyala dan haus darah.

Si kekar mendongakkan kepalanya seraya memandang sekeliling alam di padang itu. Lalu katanya seraya menghenti- kan langkahnya, "Di sini saja."

Si kurus pun menghentikan langkahnya. Masih menekur juga dia. Keduanya kini tegak berhadapan, seperti dua orang yang mau mengatakan sesuatu yang lama sudah disimpan.

"Mestinya dia ini tidak perlu aku bawa ke sini. Aku cari saja preman. Suruh ajar dia ini. Habis perkara." kata si kekar. "Sialnya aku lancang mulut mengajaknya berduel malam ini."

Cahaya kilat memancar lagi. Jauh di balik bukit sebe- rang ngarai yang lebar itu. Redup, seperti tak bertenaga. Lalu kata si kekar dengan suara redup seperti kilat itu:

"Tak pernah selama ini aku mengangankan datang kemari ber- samamu. Apalagi malam begini. Nyatanya kita kemari juga.

Kau tahu mengapa?"

Si kurus mengangkat kepalanya, seraya memandang ke arah kepala si kekar. Lalu katanya dengan suara yang gersang.

"Maumu 'kan?" Tapi dalam hatinya dia berkata: "Kau tahu kau kekar dan kuat. Kau jadi berani membawa aku ke sini. Tapi aku punya harga diri. Sekali aku kecut, seumur hidup aku kau dilecehkan."

Keduanya terdiam ketika angin bertiup rada kencang. Bersoraklah lagi dedaunan menggugurkan tetesan sisa air yang bergantungan padanya.

"Kita telah bersahabat sejak SMP. Berapa lama itu? Kau ingat? Lebih dua puluh tahun." si kekar memulai bicara sebagai awal pembicaraan yang panjang dengan mengingatkan segala apa yang telah diberikannya kepada si kurus selama mereka bersahabat kental. Nadanya membanggakan kelebihan- nya dan melecehkan si kurus dengan kalimat sindiran.

"Sekali hari kau kenalkan Nita padaku. Katamu, temanmu. Aku naksir dia. Aku lamar dia pada orang tuanya. Lalu kami kawin. Sejak itu kau berobah. Mana aku tahu Nita pacarmu." kata si kekar.

"Kalau kapal suka berobah arah ke mana angin kencang bertiup, lebih baik tidak menompangnya. Tapi ini bukan soal Nita. Ini soal harga diri yang selalu kau lecehkan" kata si kurus. Masih dalam hatinya.

"Kau kira aku cemburu kalau Nita kemudian dekat padamu? Tidak. Aku tidak cemburu. Karena aku tahu siapa aku, siapa Nita, siapa kau." kata si kekar. Kemudian dengan nada yang tegar dia melanjutkan:
"Kalau kau mau ambil dia, ambil. Tinggalkan kota ini. Aku tidak suka dilecehkan." Dia mencoba meneliti wajah si kurus. Namun gelap malam menghalangi penglihatannya. Cahaya kilat tak membantu ka- rena terlalu jauh di langit sebelah barat. Angin masih se- bentar-sebentar menggoyangi dedaunan di ujung ranting.

"Kau tidak peduli kapalmu rindu pada teluk yang dalam, ombak yang tenang. Itulah macam manusianya kamu. Seperti raja-raja dahulu kala. Semua yang berada di bawah kuasamu, kamu pikir dapat diperjual-belikan. Siapa mau dan tahan diperlakukan begitu terus-menerus?" kata si kurus dalam hatinya juga.

"Sekarang, kita berada disini, di padang yang luas ini, di malam sehabis hujan turun, dimana kilat masih sabung- bersabungan. Namun dalam hati kecilku aku menyesali kehadiran kita disini. Aku merasa konyol. Tapi.....kalau tidak dengan cara begini menyelesaikan persoalan kita, hi- langlah harga diriku." kata si kekar dengan gaya orang partai yang mencoba menumbuhkan kesan kagum yang diharap- kannya. Tapi si kurus masih tidak menanggapi. Dia masih bersikap seperti tadi, berdiri tanpa peduli.

"Betul-betul sudah pekat hatimu menantang aku secara jantan?" kata si kekar.

Si kurus tak menyahut. Tapi kepalanya tak menekur lagi. Tegaknya seperti menantang.

"Sekali lagi aku tanya, Apa hatimu sudah pekat?"

"Kau kira apa?" kata si kurus seraya menyurutkan sebelah kakinya selangkah.

Si kekar membuka mantel hujannya tenang-tenang. Disam- kutkannya pada ranting belukar beberapa langkah dari tem- patnya. Sambil melangkah digulungnya lengan panjang keme- janya. Selesai yang kiri, lalu yang kanan. Juga dengan tenang. Tapi ketika dilihatnya si kurus masih terpaku pada tempatnya berdiri, dia berkata lagi, "Mengapa tak kau buka mantelmu? Kau menyesal?"

"Apa pedulimu?"

"Baik." kata si kekar sambil menyelesaikan menggulung lengan kemejanya. Kemudian dia kepalkan tinjunya sambil menyurutkan langkah selangkah. Siap untuk berkelahi. Tiba- tiba dia lihat sesuatu yang berkilat di tangan si kurus. "Apa itu?" tanyanya.

"Pisau," jawab si kurus tegas.

"Oh. Kau berpisau? Itu curang namanya." kata si kekar seraya menyurutkan kakinya selangkah lagi.

Tak ada jawab si kurus.

"Kalau kau main curang, buat apa kejantanan? Aku tidak mau berduel dengan orang curang." kata si kekar.

"Kencing kau." carut si kurus untuk menghina.

Si kekar kehilangan nyali. "Kalau aku tahu kau bawa pisau ......."

Dan angin bertiup lagi. Dedaunan berdesauan pula. Kini seperti bersorak girang atas kemenangan orang kecil atas keangkuhan orang besar.


Lama kemudian si kekar berkata lagi, tapi dengan suara yang kendor. "Aku orang terdidik. Terpandang pada mata ma- syarakat. Aku tidak mau mati terbunuh oleh sahabat karib- ku sendiri. Tak aku sangka, kau mau membunuhku."

"Mestinya aku ludahi wajahmu. Tapi apa gunanya menghina orang yang kalah?" kata si kurus dalam hati. Seketika ada pikiran yang mengganggunya, bagaimana kalau si kekar jadi pemenang. "Pasti seperti pemenang pada perang saudara."

"Maksudku, hanya ingin menyelesaikan persoalan antara kita. Bukan untuk berbunuh-bunuhan. Karena kita bersahabat karib." kata si kekar dengan suara lirih.

Si kurus membalikkan badannya. Lalu melangkah ke arah mereka datang tadi. Tidak tergesa-gesa. Juga tidak pelan.

"Tunggu. Tunggu aku." seru si kekar. Karena si kurus terus menjauh, dia mengikuti dengan langkah panjang-panjang. "Jangan kau salah mengerti. Sebenarnya aku tidak hendak berkelahi. Apalagi dengan kau." katanya setelah dekat.

Si kurus tidak menjawab. Dia terus berjalan tanpa mem- lambatkan langkah. Si kekar terus juga bicara tentang pe- nyesalannya mengajak si kurus ke tempat yang sepi itu. Kemudian katanya: "Aku minta maaf sebesar-besar maafmu.

Kau mau, bukan?" Karena si kurus terus tidak berkata, di pegangnya tangan si kurus. Tapi si kurus merenggutkan tangannnya dari pegangan itu. Terperengah berdiri si kekar beberapa saat.

Angin malam terasa bertiup lagi. Dedaunan pohon ping- gir jalan itu mendesau seketika. Si kekar melangkah cepat, lebih cepat dari langkah si kurus. Setelah beberapa langkah mendahului, dia berdiri dan menanti si kurus mendekat.

Didekapnya kedua telapak tangannya di bawah dagunya se- perti patung Budha. Lalu katanya memelas: "Aku minta sung- guh, jangan kau ceritakan peristiwa ini kepada siapapun. Hancur harga diriku. Akan apa kata Nita, kalau dia tahu?

Hancur aku. Hancur."

Si kurus terus melangkah. Si kekar terus menghadang dengan langkah mundur. Tanpa merobah letak kedua tangan, si kekar berkata lagi: "Apapun yang kau minta akan aku beri, asal kau tidak ceritakan kepada siapapun. Habis aku. Hancur harga diriku. Katakan apa yang kau mau. Kalau kau mau Nita, ambillah. Aku ikhlas."

Tiba-tiba dia berhenti. Dia ingat mantelnya tergantung pada ranting belukar. Tergesa-gesa dia kembali untuk mengambilnya. Tergesa-gesa pula dia mengenakan mantel serta mengancingkannya. Sedangkan matanya terus juga memandang si kurus yang kian menjauh dan kian hilang dalam gelap ma- lam. Dia berlari mengejar sambil memangil-manggil nama si kurus dan minta si kurus menunggu. Ketika sampai di tempat mereka berpisah tadi, si kekar berhenti. Dia memandang berkeliling mencari dimana si kurus berada. Tidak siapapun terlihat, selain gelap malam. Bulu romanya merinding. Sambil berlari kencang, dia memanggil nama si kurus keras-keras. "Dali, tunggu. Dali, tunggu. Jangan tinggalkan aku. Daliiii."

Si kurus keluar dari persembunyiannya di belukar, setelah suara si kekar tidak terdengar lagi. Dia bersembunyi karena enggan berjalan seiring dengan sahabat lama yang sudah jadi bekas sahabat.

1.      Siapa saja tokoh dalam cerpen di atas?
2.      Tulislah karakter dari tokoh-tokoh itu!
3.      Sebutkan tempat, waktu dan suasana yang terjadi dalam dongeng itu!
4.      Tulislah tema cerita di atas!
5.      Siapakah Nita?
6.      Ungkapkan pendapatamu tentang tema dengan kehidupan sekarang!
7.      Tulislah hal-hal yang menarik di atas, berilah alas an logis!
8.      Ungkapkan pesan yang terkadung dalam cerpen di atas!
Score nomor 1 – 5
-          Benar                        3
-          Agak benar            1,5
-          Salah                      0,5
Score nomor 6 – 8
-          Benar                     5
-          Agak benar            2,5
-          Salah                       1
Total Nilai :
No. 1 – 5 : 15
No. 6 -8   : 15
Nilai : 30/5 = 10

9.      Keinovatifan Pembelajaran :
Keinovatifan pembelajaran ini dilihat dari sisi pembaruan :
o   penggunaan metode/teknik pembelajaran kooperatif sesuai konsepnya dan mengambil teknik STAD adalah hal yang baru. Sebelumnya tidak pernah menggunakan teknik-teknik pembelajaran kooperatif.
o   Pemilihan teks cerpen yang disukai siswa dengan memanfaatkan teknologi informasi.
o   Penyesuaian karakter yang akan dibangun dengan kegiatan pembelajaran dan bahan bacaan.

Daftar Pustaka :
1.      Robert E. Slavin (2009) Cooperative Learning; Teori,  Riset dan Praktek, Penerbit Nusa Media, Bandung
2.      Lembar Kerja Bahasa Indonesia Neo Quantum Kelas IX  Penerbit PT Media Sejahtera Surakarta
3.      Prof. Udin Saefudin Saud (2008) Inovasi Pendidikan, Penerbit Alfabeta


Unknown

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: